Ketum IGI : Guru Hebat Yang Tak Mau Berbagi Tidak Layak Dihargai, Cabut Saja Penghargaanya
Sebagai Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), Muhammad Ramli Rahim
tentu punya tanggung jawab yang cukup besar untuk memimpin para
guru-guru yang berhimpun di IGI.
Kerja keras pun dilakukan oleh Muhammad Ramli Rahim dalam menunaikan
tanggung jawabnya dengan aktif turun langsung ke daerah-daerah
bersama-sama memberikan motifasi dan pelatihan kepada guru-guru untuk
meningkatkan kompetensinya.
Dalam keterangannya ke Edunews.id, Muhammad Ramli Rahim
pun memaparkan perjalanannya ke pulau Sumatera, Aceh untuk bertemu dan
melakukan pelantikan ke beberapa pengurus baru yang ada di Aceh.
“Setelah menempuh perjalanan udara lebih dari 10 jam termasuk transit
dan delay, akhirnya untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di
Bumi Serambi Mekah,” katanya, Senin (25/7/2016).
Sambutan hangat langsung terasa, dijemput di bandara bukan hanya
hanya oleh pengurus wilayah tapi juga pengurus pusat yang ada di Aceh
dan kawan-kawan IGI dari Aceh Utara, Lhoksemawe dan Pidie.
Aceh ternyata berbeda dengan yang lain, hingga larut malam,
warung-warung kopi dan tempat makan masih begitu rampai, bahkan hingga
subuh katanya. Saya pikir, Makassar itu ramai warkop-warkopnya, ternyata
Aceh di malam hari bahkan dini hari masih sangat ramai.
“Setelah sarapan pagi, saya bergegas ke samping hotel, penasaran
dengan Kopi Aceh dan saya pun menikmatinya sendiri sembari menunggu
panitia menjemput. Aceh begitu bersih dengan taman yang indah, wajarlah
dapat adipura 8 kali,”
Pengurus IGI Se Aceh telah berkumpul di Auditorium FKIP Unsyiah.
Imran, Guru SMA 8 Banda Aceh dilantik sebagai ketua IGI wilayah Aceh.
Secara bersamaan dilantik pula pengurus IGI Kota Banda Aceh, Aceh Besar,
Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Lokhsemawe, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota
Langsa, Bener Meriah, Sabang, Aceh Barat, dan Subulussalam.
“Selesai seminar dan pelantikan, Ibu Lisa dan ibu Yusmi bersama 6
guru lainnya lalu mengajak saya mengunjungi museum tsunami, kuburan
massal, masjid ulee ullheu, masjid raya baiturrahman, dan PLTD apung
kapal terdampar lalu diakhiri dengan makan mie aceh yang legendaris
itu,” paparnya.
Dirjen GTK yang dijadwalkan hadir diwakili oleh Dr Kadarisman,
Kasubdin Kesejahteraan, Penghargaan dan Perlindungan Guru, kepada
beliau, kami menitipkan pesan buat Pak Menteri dan Kemendikbud.
“Pak Kadarisman, mohon disampaikan ke Kemendikbud agar guru-guru
berprestasi, guru-guru hebat itu agar dibuatkan lembaga khusus “pusat
guru hebat kemendikbud” atau mereka diangkat jadi staf ahli menteri tapi
status gurunya jangan dicabut, jadi tidak diangkat sebagai widyaiswara
tapi diangkat jadi guru hebat atau guru keren yang bisa DIUNDANG OLEH
IGI MENGISI DIKLAT DIKLAT IGI DI DAERAH DAERAH dimana biaya perjalanan,
penginapan dan honornya ditanggung kemendikbud tapi mereka tetap punya
tanggungjawab mengajar agar tetap membumi” jelas Ramli.
Ramli melanjutkan, jika mereka tak ingin berbagi dan membuat guru
lain sehebat dirinya, lebih baik dicabut saja penghargaannya, sebab
guru-guru yang tak mau berbagi tak layak dihargai.
“Setelah itu perjalanan kami lanjutkan ke Aceh Besar, dihadapan
puluhan kepala sekolah dengan dipandu oleh Agus Jumaidi, ketua IGI Aceh
Besar, saya jelaskan tentang IGI dan saya ajak kawan-kawan guru berjuang
meningkatkan kompetensinya, kita buat diklat guru setiap bulan dan jika
mungkin setiap dua minggu,” ucapnya.
Ramli menyampaikan, bahwa IGI berasal dari guru, dipimpin guru dan dikelola oleh guru.
“Tidak akan berubah kompetensi guru hingga guru itu mengubah kompetensinya sendiri” tegasnya.
Dari Aceh Besar rombongan IGI pusat menuju Sigli, Kabupaten Pidie.
Temu Ramah yang dilaksanakan di PPMG Sigli dihadiri Kepala Dinas
Pendidikan Pidie Murthalamuddin, MSi, MSP dan juga Kepala Kantor
Kementrian Agama Pidie Drs. M. Jafar M. Nur serta dihadiri pengurus IGI
Pidie dan IGI Pidie Jaya.
“Setelah saya menjelaskan tentang IGI, kadis dan kakan kemenag pun
berharap, IGI bisa menjadi wadah guru meningkatkan kompetensi,”
ungkapnya.
Tidak ada komentar